Minim Syukur

Syukur adalah mengakui nikmat dari Allah dengan hati dan lisan dan membuktikannya dengan perbuatan. Siapa yang tidak mengakui nikmat dari Allah dengan hatinya maka dia belum bersyukur. Siapa yang mengakui dengan hatinya namun menolak mengungkap dengan kata-kata maka dia belum bersyukur. Siapa yang mengakui nikmat dengan hatinya dan mengungkapkan dengan kata-katanya, namun dia tidak membuktikannya dengan perbuatan maka dia belum bersyukur.

Lawan syukur adalah kufur (nikmat), kufur nikmat ini mencabut dan melenyapkannya, bahkan terkadang tidak terbatas pada mencabut dan melenyapkan, ia bisa lebih dari itu yaitu mendatangkan dan menghadirkan, maksud penulis azab dan murka dari Allah Ta’ala. Sejarah membuktikan apa yang penulis katakan. Qarun dengan kemewahannya, akhirnya amblas ditelan bumi karena kekufurannya terhadap nikmat Allah. Tiga orang laki-laki Bani Israil, orang yang terkena penyakit lepra, orang botak dan orang buta, semuanya disembuhkan oleh Allah lalu diberi harta kesukaannya yang akhirnya berkembang melimpah, namun dua orang pertama tidak lulus ujian, alias tidak punya syukur, maka Allah mencabut apa yang telah Dia berikan dan mengembalikan mereka seperti sediakala.

Bangsa Saba` dengan negeri yang makmur, bumi yang subur, hidup berkalang nikmat, hal ini berbalik seratus delapan puluh derajat manakala mereka berpaling dari Pemberi nikmat “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. Kepada mereka dikatakan, ‘Makanlah olehmu dari rizki yang dianugerahkan Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepadaNya. Negerimu adalah negeri yang baik dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Pengampun.’ Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu) melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (Saba`: 15-17).

Bukti-bukti sejarah dari al-Qur`an dan sunnah serta realita kehidupan berjumlah besar dalam hal ini, kalau kita menyinggungnya satu demi satu niscaya halaman ini menjadi panjang lebar, apa yang disebutkan sudah mewakili yang lain. Yang penting dan perlu diingat adalah bahwa minim syukur membuat hidup ini semakin kabur alias tidak jelas dan sulit. Sebaliknya sebaliknya. Mahabenar Allah Ta’ala yang telah berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu akan tetapi jika kamu mengingkari (nikmatKu) maka sesungguhnya azabKu sangat pedih.” (Ibrahim: 7).

Realita kehidupan kita secara umum masih menunjukkan minim syukur kalau tidak kufur, banyak bukti yang menguatkan hal ini. Sebagian besar dari kita tidak pernah terlintas di benaknya pada saat dia mendapatkan rizki atau anugerah dari Allah bahwa hal itu semata-mata pemberianNya. Sebagian besar dari kita ketika mendapatkan rizki dan kemudahan hidup tidak menggunakannya dalam rangka meraih ridha Allah sebagai Pemberi, justru sebaliknya dia menggunakannya untuk hal-hal yang mengundang murkaNya, berfoya-foya, menghambur-hamburkan dan menyiakan-nyiakannya. Sikap seperti inilah yang membuat hidup semakin sulit. Seandainya orang-orang yang dilimpahi kenikmatan oleh Allah itu sedikit mau bersyukur dengan menggunakan hartanya demi kebaikan niscaya hidup ini akan lebih mudah dan lebih ringan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Mulai Konsultasi
Assalamualaikum, Ada yang bisa kami bantu?