MENCIPTA RUMAH IDEAL

Rumah merupakan salah satu di antara nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar hamba-hamba-Nya bisa berlindung dari panasnya matahari, dinginnya hujan, dan udara dari luar, serta untuk menyimpan barang-barang miliknya, juga untuk menutup diri dan menjaga keluarganya dari pandangan manusia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا

Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal. (QS. An-Nahl/16: 80).

Di samping fungsi-fungsi tersebut, juga masih banyak lagi manfaat-manfaat yang diperoleh manusia dari rumah. Kita tidak bisa membayangkan seandainya hidup tanpa rumah. Niscaya banyak bahaya yang akan mengancam kita dan keluarga kita, baik dari sisi kesehatan, keamanan, kenyamanan, maupun keselamatan. Jika kita amati, orang-orang yang tidak mempunyai rumah, baik sedang di kamp pengungsian atau gelandangan yang tinggal di bawah jembatan atau di pinggir jalan, maka kita akan merasakan betapa besar nikmat sebuah rumah.

Begitulah, betapa indahnya sebuah rumah. Ia merupakan tempat tinggal, tempat berkumpul dengan keluarga, tempat mendidik dan melatih anak-anak kita agar tumbuh lebih dewasa dan bertanggung jawab, di samping sebagai tempat aman bagi kaum wanita.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. (QS. Al Ahzab/33: 33).

Rumah yang ideal dan bahagia adalah rumah yang dibangun di atas dasar ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pilar-pilarnya mengikuti dan mengambil hukum dari al qur’an dan as-Sunnah.

Penghuninya juga ridha dengan keputusan yang diambil dari keduanya. Begitu juga apabila terjadi perselisihan dan timbul permasalahan, mereka mengembalikan kepada kedua sumber hukum yang mulia, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan dalam firman-Nya surat an-Nisa’ ayat 59,
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Dari sisi lahiriahnya, rumah tersebut jauh dari sifat berlebih-lebihan, dan lebih menunjukkan kesederhanaan, baik dalam masalah makanan, minuman, pakaian, perhiasan, peralatan maupun perabot rumah tangga. Penghuninya selalu memperhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-a’raf/7: 31).

Maksudnya, jangan melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh, dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan. Namun demikian, bukan berarti Islam mengesampingkan masalah keindahan rumah. Akan tetapi yang dimaksudkan ialah dengan cara yang sederhana dan tidak boros. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan rizki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS. Al- a’raf/7: 32).

Bahwasanya perhiasan-perhiasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan makanan yang baik itu dapat dinikmati di dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman. Adapun di akhirat nanti, semata-mata hanyalah untuk orang-orang beriman saja.

Kesederhanaan bersikap dan lurus dalam berfikir ini merupakan syari’at Islam yang diajarkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita, seperti tampak dalam hadits yang diriwayatkan ‘Aisyah:
مَا خُيِّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ إِلَّا أَخَذَ أَيْسَرَهُمَا

Rasulullah tidak diperintahkan memilih di antara dua perkara melainkan beliau memilih yang paling mudah di antara keduanya. (HR. Imam Bukhari, 3/1306).

Rumah seperti inilah yang diharapkan oleh setiap muslim, tidak hanya menjadi tempat tinggal dan istirahatnya, namun mampu memenuhi kebutuhan ruhani dan jasmaninya, juga menjadi tempat untuk mendidik istri dan anak-anaknya, menggantungkan harapannya dan cita-citanya, menjadikan keluarganya di atas bangunan takwa dan iman, selalu dinaungi oleh perasaan tenteram dan kebahagiaan dalam upaya menggapai ridha Rabbnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Mulai Konsultasi
Assalamualaikum, Ada yang bisa kami bantu?