Biasakan Anak Dengan Tanggung Jawab
Di antara tujuan utama keluarga muslimah adalah memberikan iklim yang aman yang bisa melindungi anak selama tahapan perkembangannya. Akan tetapi semestinya dalam mencapai tujuan ini, dengan tetap memperhatikan “pendidikan ketergantungan anak” yang mendorong sang anak untuk tidak melakukan aktivitas apapun. Model pendidikan semacam ini akan menghasilkan generasi yang mandul, tidak mengerti hakikat percaya diri, atau tidak bisa memegang tanggung jawab, padahal dua sifat ini adalah sifat yang utama dari seorang muslim.
“Pendidikan ketergantungan” kembali kepada dua hal pokok, yaitu:
- Sisi anak itu sendiri seperti, kecemasan yang berlebihan dimana orang lain mengkritiknya ketika ia memegang tanggung jawab; Ketakutan yang berlebih antara kemungkinan gagal ketika akan melakukan sesuatu; suka main dan bercanda dan mendahulukan dua hal ini daripada keseriusan, beraktivitas, dan telaten; kecacatan anak sehingga orang tua terlalu melakukan proteksi terhadapnya.
- Sisi keluarga, seperti sindrom kesempurnaan, orang tua melarang sang anak melakukan sesuatu jika tidak bisa 100 % atau tidak melakukan apapun sama sekali; orang tua tidak percaya diri sehingga ia pun mendidik sang anak demikian juga; orang tua benci akan petualangan padahal bisa memotivasi rasa tanggung jawab anak.
Sesungguhnya, pengembangan anak menghormati dirinya sendiri dan melatihnya bertanggung jawab dilakukan secara seimbang antara dua hal:
Tidak menunjukkan kepada anak dengan cara menunjukkan keinginan mereka kepada orang tua;
Tidak cuek untuk mengikutsertakan mereka dalam diskusi atau aktivitas tertentu dengan alasan mereka belum mampu.
Islam menanamkan kepribadian dengan penuh percaya diri dengan dikaitkan dengan “kerja sama”. Allah berfirman:
وتعاونوا على البر والتقوى
Dan saling kerja samalah dalam kebaikan dan dalam ketaqwaan
وشاورهم في الأمر
Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam setiap perkara bersama
Dan memotivisi sang anak untuk membawa tanggung jawab, mengambil keputusan. Pendidikan semacam ini akan membawa buah yang sangat banyak. Ada sebuah contoh yang cemerlang dari kisah Ali bin Abi Thalib beriman kepada Rasulullah dalam usia 10 tahun, Usamah bin Zaid menjadi komandan pasukan dikala ia masih sangat muda, Muhammad bin Al-Qasim membuka negara India dengan Islam ketika usianya tidak lebih dari 17 tahun. Dan banyak metode yang bisa digunakan keluarga untuk membiasakan sang anak memegang tanggung jawab. Diantara yang terpenting adalah sebagai berikut:
- Memotivasi sang anak untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan masalah mereka, dan mengajak mereka untuk ikut dalam memutuskan masalah keluarga;
- Meminta mereka melaksanakan sebagian tanggung jawab keluarga, baik umum atau khusus (yang sesuai dengan tahapan perkembangan mereka);
- Meminta mereka mengemban tanggung jawab da’wah Islam, amar ma’ruf nahi munkar, berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
Dan sebelum itu semua, didiklah sang anak dengan pendidikan yang bagus dan militan, jangan membatasi keinginan mereka, baik dalam urusan khusus ataupun urusan keluarga, biarkan mereka ikut memikirkan bagaimana mengembangkan perluasan syiar Islam, diskusi tentang permasalahan muslimin dunia, baik yang terjajah maupun kena musibah, mintalah mereka untuk ikut memberi andil, baik material, maupun keaktifan dalam organisasi da’wah dan sosial.