Larangan Menyerupai Orang Kafir dalam Penampilan
Menyerupai orang lain adalah kondisi yang muncul tiba-tiba pada jiwa seseorang. Hal itu menunjukkan agungnya kecintaan kepada yang diserupai. Fenomena ini kebanyakan tidak sehat. Dimana syareat Islam telah memberikan perhatian terkait denganhal ini (umat Islam menyerupai orang kafir). Begitu juga Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam telah mengharamkan dengan tegas dalam sabdanya:
(مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ) رواه أبو داود (4031)
“Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongannya.” HR. Abu Dawud, (4031)
Salah satu penyerupaan yang dilarang adalah menyerupai dalam hal penampilan kita. Penyerupaan dalam penampilan luar lazimnya ada kecintaan dan loyalitas hati. Maka seseorang tidak boleh menyerupai kecuali kepada orang yang dicintainya. Sementara umat Islam diperintahkan untuk berlepas dari orang kafir dari semua ragamnya. Allah T’ala berfirman:
لَا يَتَّخِذْ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنْ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمْ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” QS. Ali Imron: 28
Dan Firman-Nya:
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” QS. Al-Mujadilah: 22
Sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam:
أوثق عرى الإيمان : الموالاة في الله ، والمعاداة في الله ، والحب في الله ، والبغض في الله
“Sesungguhnya tali keimanan paling kuat adalah loyalitas karena Allah dan memusuhi karena Allah. Cinta karena Allah dan membenci karena Allah.” HR. Tobroni dinyatakan shoheh oleh Albany di Silsilah Shohehah, (998).
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab ‘Iqtidho’ Syirotol Mustaqim, (1/549) mengatakan, “Penyerupaan dari sisi penampilan mewariskan sisi kedekatan dan kecintaan. Serta loyalitas di hati. Sebagaimana kecintaan dalam hati, mewariskan penyerupaan dalam penampilan. Hal ini telah terbukti dari sisi naluri dan pengalaman.
Menyerupai dengan orang kafir ini termasuk melemahkan salah satu pokok dalam agama. Yaitu berlepas diri dan membenci kepada orang kafir.