Menjaga Rumah Tangga Berjauhan
Maha suci Allah yang telah menjadikan sebuah rumahtangga penuh dengan cahaya iman dan taqwa bagi penghuninya,memiliki suami yang soleh, istri yang solehah dan anak-anak yang taat kepada Allah dan RasulNya serta kedua orang tuanya.
Jika terjadi seorang suami harus mencari nafkah berjauhan dengan istri dan anak-nya, bagaimana menjalaninya agar rumah tangganya tetap berjalan dengan bahagia.
- Taqwa
Dengan ber-taqwa kepada Allah suami-istri akan saling menjaga martabat dan kehormatannya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorangperempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.[Q.S. Al Hujurat : 13]. - Sabar
Dengan ber-sabar atas semua keadaan maka akan terjadi rasa ikhlas dalam menjalani keadaan rumah tangganya
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,[Q.S. Al Baqoroh : 45] - Menjaga kemesraan
Dengan tetap menjaga kemesraan rasa kasih sayang akan selalu ada dalam hati suami-istri
Dari Umar bin Abu Salamah, sungguh ia pernah bertanya kepada Rasulullh SAW, Apakah seorang yang berpuasa boleh mencium?? Beliau menjawab, Tanyakan kepada orang ini (maksudnya Ummu Salamah).? Lalu (Ummu Salamah) memberitahukan bahwa Rasulullah sering berbuat begitu? (HR. Muslim dalam kitab shahihnya).
Rasulullah SAW biasa setiap hari tidak melupakan untuk mengunjungi kami (para istrinya) seorang demi seorang. Beliau menghampirinya dan membelainya, sekalipun tidak mencampurinya, sehingga sampai ke tempat istri yang tiba gilirannya, lalu bermalam disitu.? (HR. Abu Dawud) - Saling memaafkan dan mendoakan
Maafkan kesalahan antar suami-istri dengan ikhlas agar timbul rasa saling percaya untuk membina rumah tangga yang sakinah, mawadah warohmah.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[Q.S. Al Imran : 159]
dari Abu Hurairah ra Rasulullah bersabda : “Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dia aniaya untuk ditanggungkan kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bila pemahaman keislaman antara suami dan istri sekufu(memiliki pandangan yang sama dalam segala hal) insya Allah rumah tangga mereka mendapatkan Ridha Allah subhanahu wata’ala
يَا عَلِيُّ ثَلَاثٌ لَا تُؤَخِّرْهَا الصَّلَاةُ إِذَا أَتَتْ وَالْجَنَازَةُ إِذَا حَضَرَتْ وَالْأَيِّمُ إِذَا وَجَدَتْ لَهَا كُفْؤًا
“Wahai Ali, ada tiga perkara yang jangan kau tunda pelaksanannya; shalat apabila telah tiba waktunya, jenazah apabila telah siap penguburannya, dan wanita apabila telah menemukan jodohnya yang sekufu/sepadan” (HR. Tirmidzi; dihasankan oleh Syeikh Al Albani)
Allahhu A’lam