Rizki Allah
Dengan sedikit perenungan antara rizki Allah Ta’ala terhadap hamba-Nya dan rizki sang hamba (terhadap yang lainnnya) akan tampak dengan jelas perbedaan yang besar. Dengan demikian diketahui bahwa diberikannya sifat dan perbuatan ‘rizki’ bagi manusia sesuai dengan keadaan yang cocok bagi mereka, seperti fakir, lemah, membutuhkan dan binasa.
Di antara perbedaan-perbedaan tersebut adalah:
1- Rizki Allah tidak akan habis, adapun rizki manusia, betatapun besarnya akhirnya akan habis juga.
Allah Ta’ala berfirman,
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (QS. An-Nahl: 96)
2- Rizki Allah tidak terputus terhadap orang kafir atau durhaka, sedangkan seorang hamba biasanya tidak memberikan rizki kepada orang yang berbeda pandangan dengannya, apalagi orang yang mengingkari dan mencacinya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلاً ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah: 126)
3- Rizki Allah berlaku di dunia dan akhirat, sedangkan rizki sang hamba terbatas pada bagian kecil di dunia saja.
Allah Ta’ala berfirman,
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقاً قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهاً وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu.” mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 25)
4- Rizki Allah berlaku kepada seluruh makhluk-Nya termasuk kepada binatang. Sedangkan sang hamba tidak mampu melakukan hal itu betapapun banyaknya harta mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud: 6)
5- Rizki Allah adalah makhluk yang asalnya tidak ada, seperti hujan, emas dan buah, sebelumnya tidak berada di tangan selainnya tanpa diragukan lagi. Sedangkan rizki hamba merupakan warisan dari orang sebelumnya dan telah berpindah-pindah tangan. Mereka tidak menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada, dan lebih dari itu semuanya bersumber dari perbendaharaan Allah serta pemberian-Nya kepada hamba-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
“Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Ankabut: 16)
6- Rizki Allah Ta’ala milik-Nya tidak ada seorang pun yang bersekutu dengan-Nya dalam hal ini. Sedangkan rizki hamba adalah milik yang Allah berikan kepadanya, seandainya Allah tidak tundukkan baginya segala sebab-sebabnya, niscaya dia tidak dapat memilikinya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقاً مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ شَيْئاً وَلا يَسْتَطِيعُونَ
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit juapun).” (QS. An-Nahl: 7)
7- Rizki Allah bersumber dari kesempurnan-Nya, keagungan dan kasih sayang-Nya. Sedangkan rizki makhluk adalah karena menunaikan kewajiban, atau meraih pujian, atau mengharap pahala. Seandainya manusia memiliki gudang rizki, niscaya dia akan bakhil untuk memberi
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذاً لَأَمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الْأِنْفَاقِ وَكَانَ الْأِنْسَانُ قَتُوراً
“Katakanlah: “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya”. dan adalah manusia itu sangat kikir.” (QS. Al-Isra: 100)
8- Rizki Allah bersifat materi dan maknawi. Dia memberi rizki kepada makhluk berupa hujan, buah, dan memberi rizki kepada mereka berupa iman, sikap menerima, kebahagiaan. Jika seorang hamba memiliki sebagian rizki, tapi dari mana dia dapat memberikan rizki kepada selainnya dalam bentuk maknawi?!
Allah Ta’ala berfirman,
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Ali Imran: 212)
Syekh Abdurrahman As-Sa’dy rahimahullah berkata, Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Ali Imran: 212)
Rizki duniawi dapat diraih oleh orang beriman dan orang kafir, adapun rizki terhadap hati, berupa ilmu, iman, cinta kepada Allah, takut dan harap kepada-Nya dan semacamnya, tidak akan Dia berikan kecuali kepada siapa yang dicintai.” (Tafsir As-Sa’dy, hal. 95)