Pendidik Pertama, Ibu

Anak bergantung kepada bapak ibunya, jika kita membandingkan bapak dengan ibu maka kita bisa katakan bahwa ketergantungan anak kepada ibu jauh lebih besar. Menggunakan perbandingan Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, ketergantungan anak kepada ibu adalah tiga per empat, sementara kepada bapak adalah sisanya yaitu seperempat, kurang dari setengah. Maka dalam hadits dari Abu Hurairah Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam mewasiatkan kepada seorang laki-laki agar berbuat baik kepada ibunya yang beliau tegaskan sebanyak tiga kali, baru pada kali keempat kepada bapaknya. Dari Abu Hurairah berkata, seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, dia berkata, “Ya Rasulullah, siapa orang yang paling berhak mendapat kebaikanku?” Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam menjawab,

قالَ : أُمُّكَ قال: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: أُمُّكَ قالَ: ثمَّ مَنْ؟ قالَ: أُمُّكَ قال: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: أَبُوكَ.

“Ibumu.” Dia bertanya, “Kemudian siapa?” Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya, “Kemudian siapa?” Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya, “Kemudian siapa?” Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam menjawab, “Kemudian bapakmu.”

Sebagian ulama berkata, hal itu karena ibu memiliki tiga perkara yang sangat mahal yang tidak dimiliki oleh bapak: mengandung, melahirkan dan menyusui. Firman Allah,

حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا

“Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (Al-Ahqaf: 15).

Satu hakikat lagi yang tidak diperdebatkan oleh dua orang bahwa masa yang dibutuhkan oleh seorang anak untuk bisa mandiri atau masa kekanak-kanakan anak manusia lebih panjang daripada makhluk hidup yang lain, diawali dengan kehamilan, melahirkan dan menyusui terjalin ikatan emosional antara ibu dengan anak yang tidak ada duanya, ini artinya interaksi anak dengan ibu dalam fase-fase tersebut relatif lebih intens, karenanya anak banyak mengambil dan belajar dari ibu dalam masa-masa tersebut khususnya masa-masa balita dan sekolah dasar, lebih-lebih masa pra sekolah, ibunya yang melatihnya duduk, berdiri, dan berjalan, ibulah yang mendekap dan menggendongnya jika dia jatuh ketika berlatih berjalan, ibulah yang melatihnya berbicara, memanggil mama, papa, ibulah yang menyuapinya sekaligus melatihnya cara-cara makan, ibulah yang … dan seterusnya.

Seorang penyair berkata menjelaskan peran ibu yang sangat penting,

الأُمُّ مَدْرَسَةٌ إذَا أَعْدَدْتَهاَ

أَعَدَّتْ جِيْلاً طَيِّبَ الأَعْرَاقِ

Ibu adalah madrasah jika kamu menyiapkannya

Maka dia menyiapkan generasi berkarakter baik.

Penyair lain berkata,

وَإذَا النِّسَاءُ نَشَأْنَ فِى أُمِّيَةٍ

رَضَعَ الرِّجَالُ جَهَالةً وَخَمُولاَ

Apabila para ibu tumbuh dalam ketidaktahuan

Maka anak-anak akan menyusu kebodohan dan keterbelakangan

Ibu adalah pendidik pertama, karena pendidikan merupakan tanggung jawab bapak sebagai penanggung jawab keluarga, maka termasuk kewajiban bapak memilih pendidik pertama yang baik bagi anaknya. Melihat betapa besar pengaruh pendidk pertama ini bagi anak, maka Islam menganjurkan memilih pendidik pertama yang baik dan melarang memilih pendidik yang tidak baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Mulai Konsultasi
Assalamualaikum, Ada yang bisa kami bantu?