Mengetahui Skala Prioritas

Dunia memang luas dan lapang, namun tidak dengan kehidupan, yang akhir ini selapang dan seluas apa pun tetap terbatas, ada tembok-tembok yang membatasi, ada rambu-rambu yang mengekang, namun pada saat yang sama tuntutan dan hajat kehidupan terus datang silih berganti seakan tidak akan pernah berhenti, kondisi ini mau tidak mau, suka tidak suka berkonsekuensi kepada sikap memilah skala prioritas, mendahulukan yang lebih penting kemudian yang penting dan seterusnya.

Apa yang saya katakan di atas berlaku umum, baik yang berharta lapang maupun yang berduit sumpek, karena bila yang berharta lapang tidak menetapkan skala prioritas dalam hidupnya maka dia bisa muflis alis bangkrut, bila yang kaya saja harus memperhatikan skala ini, apalagi yang miskin?

Menetapkan skala prioritas ini secara umum lebih dominan kepada istri, karena dia sebagai ikon dalam rumah tangga, istri tentu mengetahui benar keterbatasan rumah tangga di berbagai sisi kehidupan, keterbatasan finansial dan ekonomi misalnya, sebesar apa pun penghasilan suami plus penghasilan istri, jika istri bekerja, tetap ada atap yang membatasi, ada ruang yang menyekat, tetap ada hal-hal yang tidak terjangkau oleh uang hasil usaha mereka berdua, ditambah dengan jiwa manusia yang tidak pernah berhenti berkeinginan, keadaannya selalu berkata, ”Hal min mazid?” (adakah tambahan?), maka sebagai istri bijak, dia harus mengetahui dengan baik prinsip dasar ini, maka dia mendahulukan perkara yang tingkat urgensinya tertingi kemudian setelahnya dan seterusnya.

Keterbatasan dalam hubungan di antara suami dan istri, mungkin karena latar belakang keduanya yang berbeda, tingkat pendidikan yang berbeda, keluarga yang berbeda, tabiat dan watak yang berbeda, hobi dan kesenangan yang berbeda, waktu yang tersedia untuk berdua minim, semua itu membuat hubungan suami istri serba terbatas, namun hal ini bukan penghalang yang berarti, bukan rintangan yang sulit selama istri memahami kaidah prioritas ini.

Istri yang baik adalah wanita yang mengetahui tatanan prioritas dengan baik, dalam tataran hubungan suami istri, secara emosinal dan fisik, dalam tatanan rumah tangga, secara formalitas dan etika, ia menempati deretan nomor wahid. Namun jangan disangka bahwa hal ini hanya wajib atas istri dan suami tidak, sebaliknya suami pun patut memahami kaidah ini, dia sebagai tulang punggung keluarga dan pencari bensinnya, tentu dia tahu batas-batas pengeluaran sesuai dengan penghasilannya, di mana kebijakan menuntut mendahulukan yang lebih penting. Kesepahaman suami dan istri dalam hal ini sangat penting agar kehidupan rumah tetap seimbang dan bahagia sekalipun dengan maisyah yang dhanka(penghidupan yang sempit-ed).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Mulai Konsultasi
Assalamualaikum, Ada yang bisa kami bantu?