Sabar terhadap takdir Allah yang menyakitkan

Sesungguhnya orang yang paling masyhur untuk dikaitkan dengan jenis kesabaran ini adalah Nabi Ayyub ’alahis salam, penderitaan besar dan panjang telah menimpa Ayyub pada tubuhnya, keluarganya, dan hartanya. Kendati demikian beliau tetap bersabar, maka dari itu Al-Qur’an mengabadikan kisahnya dengan menyebutkan:

“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Rabbnya; “Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan”. (Allah berfirman): “Hantamkanlah kakimu; Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu (isteri-mu) dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat ta’at (kepada Rabbnya).” (Shaad: 41-44).

Allah Subhaanahu Wata’aala menyebutkan dengan berbagai macam kehormatan, karena besarnya kesabaran yang melekat pada dirinya, di antara kehormatan itu adalah:

Memuliakan dengan mengabadikan kisahnya di dalam Al-Qur’an.

Memuliakan dengan menyebutnya: hamba Kami, kata hamba merupakan kata yang menunjukkan kepada penyembahan (ibadah) yang merupakan perbuatan yang amat dimuliakan, kemudian kata hamba itu dipadukan dengan kalimat pengganti Allah yang diungkapkan dengan kata pengganti yaitu “Kami”.

Allah mengabulkan permohonan Nabi Ayyub saat beliau berdo’a kepada Allah untuk menghilangkan penderitaannya, yaitu dengan mengembalikan keluarganya.

Allah mewahyukan kepadanya untuk melakukan yang dapat mengeluarkan dirinya dari sumpah yang telah ia sumpahkan kepada istrinya, hingga wahyu Allah itu membebaskan dirinya untuk tidak melanggar sumpahnya.

Dan penghargaan terakhir yang Allah berikan adalah firman-Nya yang berbunyi:

“Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar, dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat kepada Rabbnya.”

Di sini Allah menyifati Nabi Ayyub dengan sebutan penyabar, sehingga bila disebutkan kata sabar maka pasti akan teringat akan nama Nabi Ayyub. Kemudian Allah berfirman: “Dialah sebaik-baiknya hamba”, inilah kesaksian dari Allah yang menyatakan kesempurnaan Nabi Ayyub dalam beribadah kepada Allah, kemudian ditutup dengan firman-Nya: “Sesungguhnya ia adalah seorang yang awwab”, arti dari kata awwab adalah orang yang selalu mengembalikan segala sesuatu kepada Allah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Mulai Konsultasi
Assalamualaikum, Ada yang bisa kami bantu?